Legenda Kota BATANG
Kota
Batang belum banyak dikenal luas oleh masyarakat umum, hal ini dapat
dilihat masih banyak yang bertanya Batang itu mana ?. Salah satunya
disebabkan karena masih banyaknya masyarakat Batang itu sendiri ketika
berpergian keluar kota apabila ditanya orang dari daerah mana asalnya
masih banyak yang menjawab dari Pekalongan, (Batang.ning.com)
mungkin karena pusat kota nya yang sangat dekat dengan kota Pekalongan
sehingga masyarakat lebih mengenal kota Pekalongan daripada Batang nya
sendiri.
Kota Batang merupakan kota kecil yang masuk dalam lingkup Provinsi Jawa Tengah, dengan luas daerah 788.642,16 km2.
Ketika masih di Semarang, seorang teman yang masih duduk di bangku SD bertanya padaku
"Mas kenapa di namakan Batang, apa di sana banyak batang nya, batang (bangkai) tikus, batang (bangkai) kucing, berarti bau dong, hahahahha...."
Waktu itu aku jawab pertanyaan itu dengan asal, dan teman kecilku percaya aja dengan penjelasan asal-asal an yang aku berikan, dasar anak kecil gampang di kibulin.
"Mas kenapa di namakan Batang, apa di sana banyak batang nya, batang (bangkai) tikus, batang (bangkai) kucing, berarti bau dong, hahahahha...."
Waktu itu aku jawab pertanyaan itu dengan asal, dan teman kecilku percaya aja dengan penjelasan asal-asal an yang aku berikan, dasar anak kecil gampang di kibulin.
Sejak
saat itu aku jadi berpikir untuk mencari tahu kenapa nama kota ku itu
Batang, apakah benar seperti yang dikatakan teman kecilku karena banyak
batang (bangkai) hewannya.
Dan baru beberapa hari yang lalu pertanyaan teman kecilku terjawab, aku pergi ke perpus untuk mencari sejarah kotaku itu, dan ini ceritanya.
Menurut Legenda yang sangat populer batang berasal dari kata = Ngembat - Watang yang berarti mengangkat Batang kayu.
Konon pada waktu Mataram mempersiapkan daerah-daerah pertanian untuk mencukupi persediaan beras bagi para prajurit Mataram yang akan mengadakan penyerangan ke Batavia, Tumenggung Bahurekso mendapat tugas untuk membuka alas roban untuk dijadikan daerah persawahan, alas roban yang merupakan hutan yang masih perawan, lebat dan menyeramkan di huni oleh Jin dan Siluman-siluman. Dan Tumenggung Bahurekso sempat mendapat gangguan oleh para penghuni alas roban tersebut, Para pekerja yang menebang hutan alas Roban banyak yang sakit dan meninggal namun dengan kesaktiannya gangguan itu dapat teratasi.
Setelah Alas Roban di buka tugas selanjutnya dari Bahurekso adalah mengusahakan pengairan atas lahan yang telah dibuka itu, kemudian beliau membuat bendungan yang sekarang dinamakan bendungan kramat, ketika bendungan itu telah selesai dibuat, bendungan selalu jebol dan dirusak oleh anak buah siluman Uling, hal ini memaksa Tumenggung Bahurekso untuk menyerang para Siluman Uling yang bermarkas di sebuah Kedung sungai, dan dengan kesaktiannya para siluman ini dapat dikalahkan.
Tetapi walopun para siluman uling ini telah dikalahkan air yang keluar dari bendungan tidak selalu lancar, kadang besar dan kadang-kadang kecil bahkan tidak mengalir sama sekali. Setelah di teliti ternyata ada Batang Kayu (Watang) besar yang melintang dan menghalangi aliran air. Berpuluh orang disuruh mengangkat dan memindahkan Watang (Batang Kayu) tersebut namun tidak berhasil.
Akhirnya Bahurekso sendiri yang turun tangan, dan dengan sekali embat patahlah Watang (batang kayu) tersebut. Dan dari peristiwa ngembat watang itulah kemudian terukir nama Batang, yang berasal dari kata ngemBAT waTANG, orang Batang sendiri sesuai dengan dialeknya menyebutnya MBATANG.
Dan baru beberapa hari yang lalu pertanyaan teman kecilku terjawab, aku pergi ke perpus untuk mencari sejarah kotaku itu, dan ini ceritanya.
Menurut Legenda yang sangat populer batang berasal dari kata = Ngembat - Watang yang berarti mengangkat Batang kayu.
Konon pada waktu Mataram mempersiapkan daerah-daerah pertanian untuk mencukupi persediaan beras bagi para prajurit Mataram yang akan mengadakan penyerangan ke Batavia, Tumenggung Bahurekso mendapat tugas untuk membuka alas roban untuk dijadikan daerah persawahan, alas roban yang merupakan hutan yang masih perawan, lebat dan menyeramkan di huni oleh Jin dan Siluman-siluman. Dan Tumenggung Bahurekso sempat mendapat gangguan oleh para penghuni alas roban tersebut, Para pekerja yang menebang hutan alas Roban banyak yang sakit dan meninggal namun dengan kesaktiannya gangguan itu dapat teratasi.
Setelah Alas Roban di buka tugas selanjutnya dari Bahurekso adalah mengusahakan pengairan atas lahan yang telah dibuka itu, kemudian beliau membuat bendungan yang sekarang dinamakan bendungan kramat, ketika bendungan itu telah selesai dibuat, bendungan selalu jebol dan dirusak oleh anak buah siluman Uling, hal ini memaksa Tumenggung Bahurekso untuk menyerang para Siluman Uling yang bermarkas di sebuah Kedung sungai, dan dengan kesaktiannya para siluman ini dapat dikalahkan.
Tetapi walopun para siluman uling ini telah dikalahkan air yang keluar dari bendungan tidak selalu lancar, kadang besar dan kadang-kadang kecil bahkan tidak mengalir sama sekali. Setelah di teliti ternyata ada Batang Kayu (Watang) besar yang melintang dan menghalangi aliran air. Berpuluh orang disuruh mengangkat dan memindahkan Watang (Batang Kayu) tersebut namun tidak berhasil.
Akhirnya Bahurekso sendiri yang turun tangan, dan dengan sekali embat patahlah Watang (batang kayu) tersebut. Dan dari peristiwa ngembat watang itulah kemudian terukir nama Batang, yang berasal dari kata ngemBAT waTANG, orang Batang sendiri sesuai dengan dialeknya menyebutnya MBATANG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar